PT. Capital Life Indonesia menyediakan solusi perlindungan jiwa dan solusi Pensiun bagi Anda, keluarga tercinta, rekan kerja dan karyawan Anda. Temukan solusi yang sesuai dengan kebutuhan Anda.
Solusi perencanaan keuangan mulai dari proteksi serta investasi yang memberikan manfaat perlindungan yang sesuai dengan kebutuhanmu dan orang tercinta. Wujudkan mimpi dan rencana masa depan kamu bersama Capital Life Indonesia.
Mengantuk biasanya menjadi salah satu reaksi tubuh apabila terlalu lelah. Namun mengantuk saat malam hari memang sangat wajar karena tubuh memiliki respon khusus yang membuat kita bisa merasa lebih nyenyak saat tidur di malam hari. Tapi, apabila Anda sering mengantuk di luar waktu yang normal, maka itu bisa saja menjadi salah satu reaksi yang kurang baik. Pagi atau siang hari menjadi waktu yang paling sering untuk mengantuk.
Bahkan banyak orang yang bermasalah dengan pekerjaan atau sekolah karena mengantuk di jam aktif. Mengantuk di luar waktu yang seharusnya memang sinyal yang kurang baik dari tubuh. Tapi Anda bisa melihatnya secara detail dibawah ini.
Apa Penyebab Sering Mengantuk?
Terkadang mengantuk berlebihan juga menimbulkan masalah. Pelajar yang sering mengantuk di sekolah mengalami penurunan prestasi, sementara pekerja sering terlihat tidak produktif. Secara umum terlalu sering mengantuk telah menimbulkan banyak masalah yang berhubungan dengan kemampuan dan prestasi. Tapi mengapa Anda sering mengantuk, bisa saja penyebabnya salah satu dibawah ini.
1. Perubahan Jam Kerja (Shift)
Anda memiliki jam kerja yang lebih panjang dengan sistem shift. Perubahan jam kerja yang biasanya diganti setiap per minggu ini memberikan reaksi tubuh yang berbeda. Anda tidak bisa merubah jam tidur dalam waktu yang sangat cepat, sehingga bisa mengalami masalah dengan jam tidur.
2. Depresi dan Tekanan Mental
Semua orang yang menghadapi tekanan mental atau depresi berpotensi untuk cepat mengantuk. Bahkan jika Anda sering merasa cemas, gelisah dan banyak pikiran maka akan membuat otak memberikan reaksi yang berbeda dari kondisi normal. Bahkan beberapa pelajar yang sering merasa bosan dan lelah dengan sebuah pelajaran saja bisa mengantuk. Hal inilah yang membuat reaksi tubuh dari perasaan dan emosi diterjemahkan oleh otak menjadi rasa mengantuk.
3. Obesitas
Orang yang memiliki berat badan berlebih juga sering bermasalah dengan rasa mengantuk yang berlebihan. Hal ini dipengaruhi oleh proses metabolisme dalam tubuh. Bahaya obesitas ini dikarenakan cadangan lemak dalam tubuh sering membuat tubuh kurang aktivitas sehingga mudah mengantuk.
Apa saja Penyakit yang Menyebabkan Sering Mengantuk?
Meskipun mengantuk juga menjadi reaksi tubuh yang normal, namun penyebab sering mengantuk ini bisa saja menandakan ada kondisi kesehatan yang tidak normal. Biasanya beberapa penderita penyakit tertentu memang mengalami hal ini dan sering menyebabkan depresi.
Berikut ini adalah jenis penyakit yang sering ditandai dengan rasa sering mengantuk :
1. Diabetes
Biasanya sering mengantuk sering terjadi pada penderita diabetes terutama setelah waktu makan. Terlebih setelah tubuh menerima banyak asupan makanan yang mengandung karbohidrat dan gula. Tubuh akan memberikan reaksi dengan diawali rasa lelah kemudian mengantuk. Hal ini menandakan kadar gula dalam tubuh sedang tinggi, karena tubuh tidak mampu memproduksi insulin yang digunakan untuk memecah gula menjadi sumber tenaga. Jadi ketika penderita diabetes sering mengantuk, maka sebaiknya segera memeriksa kadar gula dalam darah.
2. Anemia
Kandungan zat besi yang rendah dalam tubuh akan menyebabkan beberapa gejala anemia. Salah satu gejala yang paling sering mudah ditemukan adalah tubuh yang lemah, lelah dan terus merasa mengantuk sepanjang waktu. Bahkan penderita anemia selalu merasa mengantuk ketika mereka tetap tidur nyaman saat malam hari. Hal ini disebabkan karena tubuh kekurangan makanan yang mengandung zat besi dan tidak ada kandungan oksigen yang cukup dalam darah.
3. Penyakit Jantung
Salah satu tanda kesehatan jantung tidak baik adalah ketika tubuh sering merasa mengantuk, lemah dan lelah. Bahkan banyak gejala awal yang sering ditandai dengan rasa lelah dan mengantuk parah pada siang hari. Hal ini disebabkan karena gangguan pada jantung telah mempengaruhi semua organ tubuh terutama organ yang membutuhkan suplai asupan darah yang dipompa dari jantung.
Selain itu, gejala awal penyakit jantung biasanya juga menyebabkan gangguan tidur saat malam hari seperti kurang tidur nyenyak, sudah bernafas dan kaki yang kurang nyaman.
4. Hipertensi
Banyak penderita tekanan darah tinggi yang tidak bisa menikmati tidur dengan nyenyak saat malam hari. Mereka biasanya mengeluh tentang rasa sakit yang berlebihan pada bagian bahu dan leher yang kaku saat malam hari. Selain itu, sakit kepala dan berbagai gangguan lain sering menyebabkan penderita darah tinggi tidak bisa tidur dengan cukup. Hal inilah yang menjadi penyebab sering mengantuk di siang hari bagi penderita hipertensi.
5. Obesitas
Obesitas atau kelebihan berat badan memang telah berpengaruh untuk sistem metabolisme tubuh dan sistem kerja organ tubuh. Kelebihan berat badan juga memicu tingginya kadar gula dalam tubuh. selain itu berat badan berlebih membuat badan sulit untuk melakukan berbagai aktifitas atau kurang latihan. Biasanya orang yang memiliki berat badan berlebihan akan lebih sering mengantuk saat siang hari atau sesudah makan siang.
6. Hiperkalsemia
Penyakit hiperkalsemia adalah sebuah penyakit yang disebabkan karena tingginya kadar kalsium dalam darah. Penyakit ini bisa muncul karena adanya jenis penyakit lain yang ada dalam tubuh misalnya untuk penyakit yang berhubungan dengan sistem syaraf, jantung, dan sistem pencernaan.
Kadar kalsium yang normal dalam tubuh adalah sekitar 8,2 – 10,2 mg/dL, namun penderita hiperkalsemia memiliki kadar kalsium antara 12 mg/dL hingga lebih dari 14 m/dL.
7. Gangguan Tidur
Ada berbagai jenis gangguan tidur yang menyebabkan seseorang mudah mengantuk pada siang hari. Ketika tubuh seharusnya bisa tidur nyenyak pada malam hari maka mereka tidak bisa tidur karena mengalami gangguan pernafasan saat tidur, gelisah, cemas, dan mendengkur. Bahkan gangguan tidur seperti tidur sambil berjalan juga bisa menyebabkan seseorang mudah mengantuk.
Beberapa orang merasa jika mereka tetap bisa tidur nyenyak pada siang hari meskipun pada malam hari mereka tidak bisa tidur.
8. Hipotiroidisme
Penyakit hipotiroidisme biasanya membuat penderitanya sulit tidur pada malam hari dan akan terus mengantuk pada siang hari. Hormon tiroid yang dihasilkan dari kelenjar tiroid memang berfungsi untuk membantu tubuh mengatur waktu tidur namun jika ada banyak hormon dalam tubuh maka bisa menyebabkan kekacauan. Jadi sering mengantuk pada siang hari bisa saja disebabkan karena gangguan penyakit ini.
9. Hiponatremia
Penyakit ini ditandai dengan rendahnya tingkat natrium dalam darah. Natrium berfungsi untuk menjaga agar jumlah cairan elektrolit dalam tubuh tetap seimbang. Kondisi ini biasanya ditandai dengan keinginan untuk minum secara terus menerus, namun kemudian tubuh memberikan respon karena ada banyak natrium yang terlalu cair sehingga menyebabkan sel-sel tubuh membengkak.
Pemeriksaan untuk Gangguan Sering Mengantuk
Pada dasarnya pemeriksaan untuk gangguan yang sering menyebabkan mengantuk, bisa dilakukan untuk mengatasi gangguan ini, agar tidak semakin parah. Terutama rasa mengantuk yang terjadi pada pagi hari saat bekerja, sekolah dan berbagai aktivitas lain. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit tertentu pada tubuh.
Jenis pemeriksaan yang dilakukan meliputi tes darah, tes urin, CT Scan, dan berbagai tes lain. Namun apabila Anda memang memiliki beberapa keluhan penyakit sebelumnya maka pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui kondisi yang sebenarnya.
Penanganan
Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengatasi gangguan sering mengantuk. Pada dasarnya untuk memilih tips yang terbaik maka Anda harus menemukan sumber masalah yang menyebabkan gangguan sering mengantuk. Berikut beberapa tips yang bisa Anda coba.
Pada dasarnya sering mengantuk harus diatasi dengan mengatur jumlah waktu tidur yang cukup serta membuat kondisi tubuh yang lebih nyaman. Hindari semua hal atau kebiasaan buruk yang sebenarnya mengganggu jumlah tidur yang cukup. Terkadang beberapa cara untuk mengurangi waktu tidur secara tidak sengaja atau kebiasaan buruk bisa menyebabkan jenis penyakit lain yang menyerang tubuh.
Jakarta, 22 November 2023
Sumber : Halo Sehat
Sindrom baby blues merupakan kondisi psikologis yang muncul pada masa nifas dan dapat menyebabkan depresi dan kecemasan pada ibu.
Menurut jurnal ilmiah berjudul How to Cope With Baby Blues: A Case Report dalam Journal of Psychiatry Psychology and Behavioral Research, 50-85 persen ibu mengalami baby blues setelah melahirkan.
Umumnya kondisi ini muncul antara hari ke 1-5 dan dapat mereda dalam 10 hari. Meskipun sebagian besar wanita dapat pulih dengan sendirinya tanpa perawatan profesional, ada beberapa wanita yang mengalami kondisi yang lebih serius.
Contohnya seperti gangguan kecemasan atau depresi perinatal yang memerlukan perhatian medis.
Bila tidak mendapatkan penanganan yang baik, kondisi ini bisa membahayakan kesehatan ibu dan bayi. Baby blues berkaitan dengan perubahan emosional dan fisik yang terjadi saat melahirkan.
Meski lumrah terjadi pada ibu pasca melahirkan, perasaan sedih, marah, khawatir, cemas, dan sejenisnya perlu mendapatkan perhatian.
Walaupun belum diketahui secara pasti, ada beberapa hal yang menjadi penyebab terjadinya baby blues, yaitu:
Kesulitan beradaptasi dengan peran baru sebagai seorang ibu juga dapat meningkatkan risiko baby blues. Terutama terjadi jika ibu juga harus melakukan tanggung jawab dengan rutinitas sehari-hari.
Kurang tidur juga bisa memicu gejala syndrome baby blues ini, seperti perasaan sedih dan mudah tersinggung.
Setelah melahirkan, ada perubahan hormon di dalam tubuh yang memengaruhi perasaan atau suasana hati ibu.
Penurunan kadar estrogen dan progesteron atau hormon lainnya yang diproduksi kelenjar tiroid, dapat menyebabkan ibu menjadi mudah lelah, perubahan emosi, hingga depresi.
Perasaan depresi juga bisa muncul akibat perubahan pola tidur selama masa merawat bayi.
Selain itu, kurangnya dukungan baik dari keluarga atau lingkungan sekitar, juga bisa memicu terjadinya syndrome baby blues. Alhasil, kondisi ini bisa membuat ibu kelelahan karena kurang istirahat.
Beberapa masalah mental yang bisa memicu syndrome baby blues adalah gangguan kecemasan, mengidap stres sebelumnya, ataupun bipolar.
Baby blues pada ibu bisa muncul dengan beberapa gejala, seperti:
Jadi, bila kamu pernah bertanya-tanya mengapa ibu baru melahirkan sering menangis? Mungkin saja ibu tersebut mengalami sindrom baby blues.
Tidak hanya sering menangis, ibu yang mengalami kondisi tersebut pun akan mudah merasa cemas, mudah tersinggung, bahkan tidak memperhatikan keadaan anak atau takut menyentuh anak.
Setelah melahirkan, tubuh seorang ibu mengalami perubahan hormon yang signifikan. Hormon seperti estrogen, progesteron, dan hormon tiroid dapat berfluktuasi dengan cepat.
Perubahan ini dapat memengaruhi suasana hati dan emosi, menyebabkan ibu merasa lebih sensitif, mudah marah, dan cenderung mengalami perubahan emosi yang ekstrem.
Perawatan bayi yang intensif, kurangnya tidur yang cukup, dan perubahan gaya hidup yang signifikan dapat menyebabkan tingkat stres dan kelelahan yang tinggi pada seorang ibu.
Kelelahan yang berlebihan dapat memengaruhi keseimbangan emosi dan membuat ibu lebih cepat merasa lelah dan sakit kepala.
Melahirkan membawa perubahan besar dalam hidup seorang wanita. Ibu baru harus beradaptasi dengan peran dan tanggung jawab baru sebagai seorang ibu, yang dapat memengaruhi identitas dan keseimbangan emosionalnya.
Perasaan ketidakpastian, rasa tidak mampu, tidak percaya diri, atau merasa kewalahan dengan tanggung jawab baru dapat menyebabkan ketegangan emosional dan perasaan takut yang tidak beralasan.
Ibu yang mengalami baby blues syndrome sering merasakan kecemasan dan ketakutan yang tidak beralasan terkait perawatan dan kehidupan bayinya.
Ibu mungkin merasa cemas berlebihan tentang keselamatan dan kesehatan bayi, bahkan jika tidak ada alasan nyata yang mengindikasikan adanya ancaman.
Namun, tidak hanya bisa terjadi pada ibu, sindrom tersebut juga bisa terjadi pada ayah. Yuk, Mengenal Lebih Dekat Baby Blues Syndrome pada Ayah.
Lantas, baby blues syndrome bisa berlangsung sampai bayi umur berapa? Umumnya, sindrom ini hanya berlangsung sementara, yaitu sekitar dua hari sampai tiga minggu sejak kelahiran bayi.
Munculnya sindrom baby blues memang umum terjadi pada ibu usai melahirkan. Namun ini bisa memberikan dampak negatif tidak hanya bagi ibu, tapi juga bayi yang baru lahir.
Bagaimana cara mengatasi ibu yang mengalami baby blues?
Mengonsumsi makanan dalam interval teratur dan mencukupi kebutuhan energi tubuh dapat membantu menjaga kadar gula darah tetap stabil. Kelaparan dan hipoglikemia (kadar gula darah rendah) dapat memengaruhi suasana hati dan menyebabkan perubahan emosi yang drastis.
Menurut studi berjudul The Baby Blues and Postnatal Depression yang dalam Andalas Journal of Public Health, istirahat yang cukup dan membiarkan ibu mengeluarkan isi hatinya, dapat mencegah syndrome baby blues yang berkepanjangan.
Ini penting agar ibu tidak merasa “kaget” saat mulai merawat Si Kecil. Bicarakan dengan dokter mengenai cara merawat Si Kecil sekaligus menjaga kesehatannya.
Ketika ibu tahu cara dan siap merawat Si Kecil, maka syndrome baby blues pun dapat ibu hindari.
Ini merupakan cara terbaik untuk menghindari sindrom pasca melahirkan. Bicarakan masalah merawat Si Kecil serta berbagi tanggung jawab dengan pasangan dapat meringankan beban ibu, baik secara fisik maupun psikis.
Menurut jurnal ilmiah berjudul How to Cope with Baby Blues: A Case Report di Journal of Psychiatry Psychology and Behavioral Research, dukungan support system pada ibu saat hamil dan setelah melahirkan akan mencegah terjadinya baby blues syndrome.
Berbagi pengalaman dengan ibu-ibu lain melalui komunitas online ataupun dengan sahabat yang juga seorang ibu, dapat memberikan rasa lega dan mengurangi beban emosional yang ibu rasakan.
Ketika pikiran dan perasaan sudah mumet, luangkanlah waktu untuk diri sendiri. Mintalah seseorang untuk menjaga bayi supaya kamu bisa keluar rumah.
Entah itu mendapatkan sinar matahari, jalan sore, atau pergi ke mall, sekadar untuk ‘me time’ dan menenangkan diri.
Menurut jurnal ilmiah berjudul Fenomena Postpartum Blues pada Primipara (Ibu dengan Kelahiran Bayi Pertama), dalam Jurnal Kesehatan Mahardika, menitipkan anak sementara waktu dan melakukan aktivitas yang disenangi dapat mengatasi baby blues syndrome.
Berpikir positif dapat membantu meningkatkan kesejahteraan emosional ibu. Fokus pada pikiran-pikiran positif dan memahami bahwa gejala syndrome baby blues adalah hal yang wajar dan akan berlalu, dapat membantu ibu menghadapi fase ini dengan lebih baik..
Olahraga dapat menjadi salah satu cara ibu mengatasi baby blues syndrome. Dengan rutin beraktivitas fisik emosi ibu bisa terkuras di sana, pun ibu bisa mengalihkan perasaan sedih dan cemas dengan mengolah fisik. Olahraga juga bisa membuat mood menjadi lebih positif.
Jika memang sudah tidak bisa ditangani lagi, berkonsultasi dengan dokter adalah pilihan tepat untuk mengatasi baby blues syndrome.
Dokter dapat merekomendasikan terapi ataupun pengobatan medis yang tepat, sehingga ibu bisa menjadi lebih sehat dan berpikir positif.
Sumber: Halodoc
Jakarta, 14 September 2023
Asuransi memberikan kepastian keuangan dengan melindungi harta dan keluarga dari segala risiko tak terduga. Kita akan membahas manfaat asuransi, jenis - jenis asuransi, cara memilih produk asuransi yang tepat, persyaratan untuk mengajukan klaim, faktor yang mempengaruhi premi.
Manfaat Asuransi: Lebih dari Sekedar Perlindungan
1. Perlindungan terhadap Risiko Tak Terduga
Manfaat terbesar dari asuransi adalah melindungi harta dan keluarga dari risiko tak terduga, termasuk kecelakaan, sakit kritis, dan kematian.
2. Investasi Jangka Panjang
Banyak produk asuransi juga menawarkan manfaat investasi jangka panjang, seperti tabungan pendidikan dan dana pensiun.
3. Memberikan Ketenangan Pikiran
Asuransi memberikan ketenangan pikiran dan mengurangi stres dengan meminimalisir risiko keuangan yang tak terduga.
Jenis - jenis Asuransi: Pilih Produk yang Tepat
1. Asuransi Jiwa
Asuransi jiwa memberikan perlindungan finansial jika tertanggung meninggal dunia atau mengalami cacat tetap akibat kecelakaan.
2. Asuransi Kesehatan
Asuransi kesehatan melindungi tertanggung dari biaya perawatan medis akibat sakit atau kecelakaan.
3. Asuransi Kendaraan
Asuransi kendaraan memberikan perlindungan terhadap risiko kecelakaan, kerusakan, pencurian, serta tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga.
Cara Memilih Produk Asuransi yang Tepat
1. Tentukan Kebutuhan Asuransi
Tentukan jenis asuransi dan nominal pertanggungan sesuai dengan kebutuhan finansial dan gaya hidup.
2. Bandingkan Produk Asuransi
Bandingkan produk asuransi dari beberapa perusahaan asuransi untuk mendapatkan produk yang sesuai dengan kebutuhan dan budget.
3. Cek Kredibilitas Perusahaan Asuransi
Pilih perusahaan asuransi yang memiliki kredibilitas dan reputasi yang baik.
Persyaratan untuk Mengajukan Klaim Asuransi
Faktor yang Mempengaruhi Premi Asuransi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi premi asuransi, seperti usia dan kesehatan tertanggung, jenis asuransi, besarnya pertanggungan, dan termasuk di mana tertanggung tinggal dan mencari nafkah.
Persiapan untuk Masa Depan yang Tenang dan Terjamin Memilih asuransi yang tepat tidak perlu rumit atau membingungkan. Dengan mengetahui jenis - jenis asuransi yang tersedia, persyaratan yang diperlukan untuk mengajukan klaim, dan faktor yang mempengaruhi premi, Anda dapat membuat keputusan yang tepat untuk perlindungan finansial Anda dan keluarga. Jangan takut untuk memilih produk asuransi yang sesuai kebutuhan, karena investasi di asuransi adalah investasi jangka panjang untuk masa depan yang tenang dan terjamin.
Jakarta, 6 September 2023
Menara Jamsostek, Gedung Menara Utara Lt.5,
Jl. Gatot Subroto No. 38, Jakarta Selatan 12710
PENJUALAN & PEMASARAN:
Hunting : 021 - 22773899 | Fax : 021 - 2277 3897
LAYANAN PELANGGAN:
Phone: 021 - 2277 3898 | Fax : 021 - 2277 3897
Email: care@capitallife.co.id
LAYANAN PELANGGAN DPLK:
Phone: 021 - 2277 3898 | Fax : 021 - 2277 3897
Email: care.dplk@capitallife.co.id